seputar komunikasi informasi dan teknologi

curhat seorang wanita saat hari pernikahannya

Sepuluh tahun lebih telah berlalu, sejak dia
menaburkan bunga di pusara itu untuk yang
pertama kalinya. Sepuluh tahun pula status itu
telah dia sandang, seorang janda dengan anak
satu di tengah kerasnya kehidupan.
Tak kan pernah ada seorang pun yang pernah
menginginkan hidup dengan status sebagai
seorang janda, namun nasib harus berkata lain.
Sepuluh tahun yang lalu, sang suami tercinta
telah dipanggil menghadap sang Ilahi. Undangan
dari sang khalik tak dapat ditolak, lewat sebuah
penyakit bernama kanker sang suami
meninggalkan dunia fana ini dengan senyuman
tersungging.
Seuntai senyum mungkin bermakna
kebahagiaan, tetapi senyum kala itu terasa begitu
menyesakkan dada nya. Lewat sebaris senyum
terakhir itu, cobaan hidup harus dijalani sang istri.
Kadang takdir memang bisa terasa sangat tak
bersahabat, saat baru saja kehidupan terasa
lengkap, seketika itu pula segala sesuatunya dapat
lenyap tak bersisa. Begitulah putaran roda nasib
membawa sang wanita dalam duka yang tak
kunjung padam.
Hari itu, umur sang buah hati belum genap
setahun. Sang buah hati yang telah mereka
nantikan selama 15 tahun. Saat kebahagiaan
sedang menyelimuti, duka itu datang
meninggalkan luka yang kian menganga. Sang
suami, pergi dengan hanya meninggalkan
senyuman dan sang buah hati.
Hidup sebagai seorang janda dengan satu anak,
mungkin terasa berat bagi sang istri. Almarhum
sang suami, hanyalah seorang pegawai swasta
tanpa santunan pensiun. Betapa berat dilema
sang istri, harus hidup membiayai sang buah hati
dari belas kasih saudara dan sanak famili.
Mungkin bukan tidak pernah dia mencoba untuk
menafkahi sang buah hati. Namun status sebagai
seorang “janda” seakan memberikan kesulitan
tersendiri bagi setiap langkah yang akan
ditempuh. Tatapan sinis dan nanar dari para
tetangga saat dia pulang agak malam, terasa
mengiris hingga ke daging. Belum lagi omongan
miring yang senantiasa beterbangan dari mulut
yang satu ke mulut yang lain. Namun, di atas itu
semua yang terasa sangat menyedihkan adalah
meninggalkan sang buah hati dengan orang lain.
Namun tahun terus berganti, sepuluh tahun telah
berlalu. Kini sang wanita telah menemukan cinta
nya yang baru. Entah apa makna cinta dalam usia
seumuran mereka. Namun yang pasti semoga
kebahagiaan bisa kembali menyelimuti mereka,
setelah tahun-tahun penuh kepedihan. Semoga
putaran roda nasib bisa membawa mereka
kembali ke atas, dan kembali menyunggingkan
senyuman di bibir mereka.
Dalam kebahagiaan, sang wanita sempat berkata :
“ Malam ini putri saya tidur dengan siapa ?”
Sungguh sebuah pertanyaan kekhawatiran yang
tulus dari seorang ibu, yang selalu mengharapkan
kebahagiaan dari sang buah hati .....
Semoga kisah mereka bisa berakhir layaknya
kisah dalam dongeng klasik, yang selalu ditutup
dengan kalimat : “And they live happily ever
after !”
*Adaptasi dari cerita bunda tentang curhat
seseorang pada hari perkawinannya

No comments:

Post a Comment

Copyright © kalaolaoTM. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design